Senin, 13 Oktober 2014

Dahulu...

Dulu...
Saat aku bersedih dan menangis, dia bilang
"Kok nangiiss??Jangan nangis di depan aku lagi ya, dek...aku ga suka. Adek pokoknya mulai kenal aku harus lebih tegar, lebih kuat lagi dari yang dulu"
dan bilang
"Jangan nangis lagi ya, dek...aku ga bisa liat adek nangis...pengen meluk adek.."
Saat aku terpuruk karena suatu masalah, dia bilang
"Adek pasti kuat...aku yakin adek kuat menghadapi semua masalah itu"
Saat aku meluapkan semua keluh kesahku di media sosial, dia bilang
"Adek iiihhh...kaya anak kecil statusnya gitu. Klo marah ya sama orangnya langsung, klo kaya gini yg ada orang2 akan menjauh. Klo aku lagi kesel sih lebih milih diem"
Saat aku terkesan lemah dalam menghadapi sesuatu, dia bilang
"Adek tuh harus tegas! Aku ngajarin adek biar tegas, gesit, berpikir cepat dan bertindak cepat!"
Dia memang selalu mengajariku segala macam hal. Yang aku suka, dia mengajariku tanpa sikap menggurui. Dia lebih memilih untuk memberikan contoh dibandingkan menggurui. Saat dia lagi "mengajariku", aku biasanya hanya bisa menunduk, bahkan menangis karena cara dia bicara saat itu keras dan terkesan galak, sedangkan aku tidak bisa bila dikerasi.

Tapi justru dengan seperti aku selalu inget semua yang dia ajarkan.

Sekarang...
Saat aku bersedih, terpuruk, marah, bahkan menangis tidak ada lagi yang bisa mengingatkan aku, menenangkan aku, bahkan menasehatiku.

Sekarang aku sendirian...tanpa dia yang bisa menjadi teman, kakak, kekasih, bahkan ayah bagiku.

Semua sosok yang aku butuhkan ada pada dirinya...tapi ego dan gengsinya mengubah semua. Ego dan gengsi yang sangat menyakitiku...

Ya Allah...hatiku benar-benar sakit. Ijinkan aku memohon agar dia pun merasakan sakitnya kehilanganku, merasakan penyesalan karena menyakitiku, dan sakitnya merindukanku...